Pesatnya perkembangan teknologi dunia semakin menampakkan wajah Indonesia sebagai negara follower (pengikut tren). Ketika ilmuwan Jepang sibuk dengan proyek robot humanoidnya, rakyat Indonesia malah asyik bergelut dengan PS3. Di kala Iran getol pada proyek nuklirnya, rakyat Indonesia gegap gempita menyambut kehadiran iPad. Blackberry pun semakin mengaburkan potensi besar bangsa ini. Facebook dan Twitter berkolaborasi menjinakkan gairah berkarya rakyat Indonesia. Teknologi luar negeri telah melalaikan bangsa Indonesia dalam menciptakan teknologinya sendiri. Padahal sejatinya, jika ada niat, kesadaran, dan upaya yang berkesinambungan, Indonesia mampu bangkit sebagai negara trendsetter (pembuat tren).
Manfaatkan Teknologi
Hendaknya teknologi yang ada dimanfaatkan dalam peningkatan kualitas bangsa. Jangan hanya terlena pada teknologi luar negeri, tapi manfaatkanlah untuk mengembangkan potensi diri. Jangan hanya bangga menjadi user, namun upayakan bangkit sebagai produser. Salah satu pemanfaatan teknologi yang berefek jangka panjang adalah pemanfaatan di bidang pendidikan. Mengapa? Karena pendidikan adalah sumber utama pembentukan cendekia-cendekia penerus bangsa. Dengan mengaplikasikan teknologi sebagai basis dalam kegiatan belajar-mengajar (cyber education), diharapkan mampu menambah semangat peserta didik dalam menuntut ilmu pengetahuan. Jika para siswa tergugah semangatnya dalam menimba ilmu, maka di masa mendatang akan lahir generasi cendekia yang siap memajukan peradaban bangsa. Status negara trendsetter pun siap disandang.
Pendidikan cyber, yang berbasis penuh pada pengaplikasian teknologi, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan pembuatan software edukasi interaktif, digitalisasi buku ajar cetak menjadi e-book, pembuatan alat peraga edukatif, atau bahkan melalui pembelajaran online. Upaya-upaya ini tentu tidak berat untuk dijalankan, mengingat pemerintah telah mengalokasikan 20% dana APBN, khusus hanya untuk pendidikan.
Dua Keuntungan
Dengan strategi pendidikan cyber akan dicapai dua keuntungan sekaligus. Yakni peserta didik akan lebih tertarik dengan ilmu yang diajarkan, serta peserta didik akan lebih akrab dengan dunia teknologi semenjak dini. Sehingga sudah bukan zamannya lagi istilah “buta huruf” dan “gagap teknologi” eksis di tanah Ibu Pertiwi, tanah trendsetter masa depan.
Referensi
Al-Jawi, M. Shiddiq. 2006. Potret Pendidikan Indonesia: Antara Konsep, Reality, dan Solusi. Erlangga: Jakarta.
DePorter, Bobbi. 2001. Quantum Learning. Kaifa: Bandung.
Sumber Gambar